Gundala, Patriot Pembuka Jagat Sinema Bumi Langit

Setelah berakhirnya film-film MCU tahap 3 yang film ke dua terakhirnya Avengers : Endgame laku keras dan ditutup oleh Spiderman : Far From Home yang makin membuat para penggemar superhero makin tidak sabar menanti tahap selanjutnya (walau Spiderman kini mesti berganti arah), memperlihatkan kalau cerita-cerita superhero makin meningkat animonya.

Setelah aku lebih dulu mengenal karakter-karakter Marvel seperti Iron Man, Captain America (paling favorit sih), dan lainnya, aku dikenalkan lagi dengan superhero lain yang asli dari Indonesia di Jagat Bumi Langit. Terdengar baru bagiku tapi ada beberapa superhero -yang bakal kusebut patriot selanjutnya yang ku tahu-, salah satunya Si Buta dari Gua Hantu.

Poster Gundala
Poster Film Gundala, sumber di sini

Nah, baru-baru ini rilis film salah satu patriot dari Jagat Bumi Langit ini yang membuka jalan awal bagi karakter lainnya. Namanya adalah Gundala.

Dibuatkan filmnya oleh sutradara kenamaan Joko Anwar yang sudah sukses dengan beragam film genre horor (seperti Pengabdi Setan) ditambah sederetan aktor dan aktris dengan pengalaman dan nama yang besar.


Dari sisi filmnya diceritakan seorang anak bernama Sancaka kecil (Muzakki Ramdhan) tinggal di sebuah kawasan industri bersama Ayahnya yang adalah seorang buruh pabrik dan Ibunya. Ayahnya meninggal saat membela hak-hak mereka sebagai pekerja pabrik dan Ibunya pergi ke kota untuk mencari pekerjaan dan tidak kembali ke rumah meninggalkan Sancaka yang masih SD sendirian.

Sampai akhirnya Sancaka memutuskan untuk pergi ke kota dan bertemu dengan kerasnya kehidupan di sana. Bahkan dia dikejar-kejar oleh rombongan anak yang memukulinya karena ikut campur urusan mereka. Ada seorang anak lain bernama Awang datang membantu dan menyelamatkan hidupnya saat itu.

Sancaka lalu diajarkan oleh Awang cara berkelahi agar dia bisa bertahan dengan mengandalkan dirinya sendiri. Kebersamaan mereka tak bertahan lama membuat Sancaka harus bertahan seorang diri lagi kedepannya.

Beranjak dewasa, Sancaka (Abimana Aryasatya) bekerja di sebuah bengkel dan menjadi satpam di sana. Ada satu hal yang tidak berubah dari Sancaka sejak kecil, dia takut sekali dengan petir dan selalu mengira petir mengincarnya. Sampai pada suatu malam petir menyambarnya, tapi badan Sancaka tidak mengalami apapun kecuali lebih bugar dan bisa mengeluarkan petir.

Di tempat lainnya, ada Pengkor (Bront Palarae) yang mendekengi DPR agar apa yang dia mau dapat terwujud yaitu menghilangkan harapan rakyat. Apa yang membuatnya seperti itu muncul saat masa kecilnya sampai-sampai dia menyimpan dendam dan membentuk benteng pertahanan sendiri dengan membangun panti asuhan di seluruh pelosok negeri yang nantinya menghasilkan orang-orang yang membantu mewujudukan keinginannya.

Cara yang dia lakukan untuk menghancurkan negeri akhirnya sampai ke Sancaka dan membuat dia harus ikut campur lagi urusan tersebut. Berhasilkah Sancaka menghalang niat jahat Pengkor tersebut? Apa yang sebenarnya akan dilakukan Pengkor?


Jawabannya tentu saja dengan menonton filmnya.

Tanpa mengetahui cerita asli yang berangkat dari komik ini dan menyingkirkan jauh-jauh sikap membandingkan dengan film superhero besutan Marvel, DC, atau lainnya, aku puas dengan cerita yang dibangun.

Aku juga setuju kalau bagian terbaik film ini adalah di paruh awal film ini yang bergerak maju menceritakan Sancaka kecil dan perjuangannya sampai bisa menjadi Sancaka yang akan menjadi Gundala. Paruh selanjutnya juga kunikmati dengan senang cukup excited dengan adegan-adegan yang akan muncul. Terutama mungkin aku dan orang-orang yang sudah menonton bakal melongo dan terkesima dengan salah satu adegan di akhir cerita yang kemungkinan besar adalah spoiler untuk yang selanjutnya.

Pemain Laki-laki Gundala
Para aktor laki-laki dalam film Gundala, sumber twitter @jokoanwar

Beberapa hal yang kusukai dari Gundala adalah jalan ceritanya cukup mulus mulai dari dia kecil sampai dia akan bertransformasi menjadi Gundala. Para pemeran yang main pun pas banget, Abimana yang jadi Sancaka besar dengan kalem-kalemnya, Tara Basro (Wulan/Merpati) yang kelihatan sangat keras, yang masih abu-abu, Ghazul (Ario Bayu) dengan kemampuannya yang bikin penasaran.

Para antagonis kayak Pengkor yang jahatnya itu berasa nyelekit banget. “Anak(-anak)” Pengkor yang berbagai macam karakternya itu kentara kelihatan bedanya terutama Desti Nikita (Asmara Abigail) yang jerit mulu kayak orang gila dan Camar (Hannah Al Rashid) yang pake rok pas berantem wow. Plus, semua peran anak yang main di sini juga mateng banget acting-nya, terutama Sancaka kecil (Muzakki Ramdhan) sama Tedi yang jadi adiknya Wulan, gemes dan lucu banget uwu.

Sancaka source YT
Sancaka kecil sedang marah
Sancaka Kecil
Sancaka kecil sedang fokus

tenor (4)

Banyak bertebaran quotes keren juga di film ini semisal:

Kalau kita diam dengan ketidakdilan, maka kita bukan manusia lagi

Harapan adalah candu dan candu itu bahaya

Gimana? Keren gak? Bakal ada banyak lagi di filmnya.

Lalu, entah kenapa penggambaran isu-isu yang terjadi kayak kerusuhan, penjambretan, politik kekuasaan, korupsi, ataupun hoax yang berusaha disempilkan membuatku senang sekaligus bersimpati dengan itu. Ya negeri ini belum sepenuhnya baik dan apa yang membuatnya begitu, sedikit banyak digambarakan di Gundala.

Kerusuhan
Salah satu adegan yang nunjukkin masalah negeri

Bagian-bagian teknis kayak penggunaan Dolby Atmos ataupun shoots adegan-adegan filmnya tidak terlalu kumengerti namun selama nonton, kedua aspek itu tidak menimbulkan dampak yang wow banget setidaknya bagiku walaupun aku suka sama sebagian besar shoots dari film ini kayak waktu Sancaka kecil, pas dia ke kota, dan juga bagian-bagian yang nunjukkin masalah di masyarakat.

Tapi, bukan berarti Gundala itu gak punya kekurangan. Yang sedikit mengganjal bagiku sendiri juga ada beberapa.

Entah cuma di studio bioskop yang aku tonton saja atau terjadi juga di lain studio/bioskop, ada ketidaksinkronan antara rekaman suara dengan videonya. Hanya beberapa detik dan tidak mengganggu tapi sempat kaget dikira bakal rusak rekamannya ck.

Terus CGI yang pas bagian petir nyamber Sancaka di salah satu adegan agak sedikit menggangguku dengan pentil ungu itu, arrgh! Tapi selebihnya nyaman dilihat dan no problemo.

Beberapa kali juga Abimana ngomongnya kecepetan, jadi dialog yang diucapkan tidak kumengerti terutama pas dia jelasin petir. Apa jangan-jangan karena memang penjelasannya ribet atau otakku saja yang kurang nyampe :’).

Banyak sponsor yang nimbrung di film ini. Gak menganggu karena kecil-kecil dan nyisip saja tapi mungkin ada 3-5 kali deh. Pas ada logo sponsor lewat, yang kulakukan hanyalah nyengir sambil nyebutin nama mereknya. Agak distraksi walaupun sangat wajar dan diletakkan di tempat yang pas haha.

Terakhir, sebagai penonton filmnya saja, walaupun sudah dikeluarkan nama-nama karakter yang akan ada di Gundala, tetap saja membuatku bingung saat karakter-karakter itu muncul. Rasanya kayak “Woah… Woahh… Woahhh…” tapi “Eh, itu siapa ya. Lah ada lagi yang lain.” Banyak banget dan tanpa pengenalan sama sekali (ya wajar sih mungkin cuma mau nunjukkin dulu).

ECQakzmUIAASxTB
Ilustrasi karakter-karakter Jagat Sinema Bumi Langit jilid 1, sumber twitter @jokoanwar

Meskipun ada yang mengganjal nilai positif dari film ini lebih banyak kurasakan dan aku yakin sekali kalau projek Jagat Sinema Bumi Langit ini bakal terus lanjut. Pastinya Joko Anwar selaku sutradaranya dan tim akan terus meningkatkan kualitas filmnya dong biar lebih keren lagi.

Bagi yang akan nonton, jangan keluar dulu saat selesai, bakal ada satu mid-credit scene yang mungkin saja membuatmu makin excited sama Jagat Sinema Bumi Langit ini. Selamat menonton Gundala, patriot pembuka Jagat Sinema Bumi Langit.

ticket-rating-2-01-e1567242052700.png

indra-kurniawan-e1567242026577.png

2 tanggapan untuk “Gundala, Patriot Pembuka Jagat Sinema Bumi Langit

  1. Sudah beberapa hari ini saya ngebet pengin nonton ini karena ngelihat preview maupun review yang bertebaran. Sayangnya, kota saya nggak punya bioskop 😅

    Suka

Tinggalkan komentar